Kamis, 22 Mei 2014

4 penyakit langganan balita

4 Penyakit Langganan Anak
Kamis, 5 September 2013
World Health Organization (WHO) menyebutkan, ada 4 gangguan kesehatan yang sering menyerang anak, yaitu flu, radang tenggorokan, diare dan tifus. Semua gangguan kesehatan ini berkaitan dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan tubuh lemah, maka anak lebih berisiko terkena. Oleh sebab itu, mewaspadai gangguan-gangguan kesehatan ini akan membantu ayah/ibu untuk menjaga anak-anaknya agar terhindar. Ada pun gangguan-gangguan kesehatan itu adalah:
1. FLU
          Sering disebut dengan influenza. Penyebabnya adalah virus influenza. Gejalanya diawali dengan batuk-pilek, demam/panas tinggi, anak menggigil, sakit tenggorokan, otot pegal-pegal dan mata terasa panas dan merah.
Penanganan:
Kebanyakan influenza akan sembuh dengan sendirinya (self limited disease) asalkan anak beristirahat yang banyak, mengonsumsi vitamin C dan diberi minum yang banyak. Jadi tak perlu buru-buru memberikan obat antibiotik. Cukup diobati sesuai gejalanya. Misalnya, kalau demam maka diberi penurun panas, kalau batuk diberi obat batuk.
Pencegahan:
Mengingat virus flu menular lewat udara ataupun bersin, maka sebaiknya menggunakan masker sehingga virus tidak menular melalui udara maupun percikan ludah.
2. RADANG TENGGOROKAN
          Radang tenggorokan (faringitis), sejatinya adalah infeksi pada tenggorokan. Paling banyak menyerang anak usia batita, dan akan menyerang saat daya tahan tubuh kurang baik, misalnya karena kurang beristirahat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan penularannya melalui butiran halusair ludah (droplet) yang mengandung kuman yang ada di udara dan terhirup saat bernapas.
          Gejalanya, demam, sakit tenggorokan, batuk, linu-linu pada otot, sakit kepala, serta keluar air mata tapi mata tak berwarna merah. Namun jika terkena cahaya akan merasa silau. Biasanya anak menjadi kurang aktivitasnya, banyak diam dan terkadang rewel. Kejadian radang tenggorokan wajar antara 6-7 kali per tahun. Jika lebih dari itu, orangtua harus waspada. Biasanya ini terjadi pada anak-anak yang alergi atau yang daya tahannya kurang. Pada anak dengan alergi atau yang daya tahan tubuhnya kurang, mudah terkena radang tenggorokan.
Penanganan:
          Umumnya radang tenggorokan dapat sembuh sendiri meski tak diobati. Cukup dengan banyak istirahat dan makan makanan bergizi. Biasanya pemberian obat berupa obat simptomatik untuk mengatasi gangguan yang terjadi. Bila ringan, radang tenggorokan perlu minimal 3-5 hari untuk penyembuhan. Pemberian antibiotik dilakukan bila dijumpai demam mendadak, ada pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher, ada detritus (warna "keputihan" di tenggorok), dan peningkatan sel darah putih.
Pencegahan:
          Pencegahan radang tenggorok yaitu dengan menjauhkan anak dari orang yang terkena radang tenggorokan. Jika tak memungkinkan maka anak bisa menggunakan masker. Selain itu, berikan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
3. DIARE
          Anak dikatakan diare bila buang air besar (BAB) lebih dari 4x dalam kurun waktu 24 jam atau 1x BAB encer dan menyembur (mencret). Diare merupakan salah satu gejala adanya gangguan/penyakit infeksi saluran cerna. Biasanya diare berkaitan dengan tingkat higienis yang rendah. Penyebabnya bisa oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh. Umumnya, akibat rotavirus yang masuk lewat mulut. Penanganannya, tidak lantas dengan memberikan obat antidiare. Biarkan tubuh mengeluarkan hal-hal tak perlu dari tubuhnya.
Penanganan:
          Selama diare berlangsung, anak harus selalu mendapat asupan nutrisi dan cairan.  Jika masih bayi dengan asupan ASI. Suplai harus lebih banyak ketimbang yang dikeluarkan tubuh. Bantu juga dengan pemberian larutan gula-garam/oralit atau oralit khusus anak. Berikan setiap kali anak sehabis diare. Pemberiannya pada anak dibawah 2 tahun sebanyak 50-100 ml cairan oralit maupun cairan rumah tangga. Pada anak dibawah 10 tahun sebanyak 100-200 ml. Di usia 10 tahun ke atas berikan cairan sebanyak yang diinginkan.
          Selama diare sebaiknya hindari buah-buahan, kecuali pisang. Kandungan zat pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja. Cara yang dilakukan ini untuk menghindari anak dari dehidrasi sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Diharapkan, tubuh anak akan mampu memusnahkan sendiri penyakitnya.  Bila diarenya dalam sehari itu membuat anak tampak lemas, tidak bergairah, BAB selalu cair dan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat. Apalagi jika fesesnya berlendir atau berdarah (sekalipun hanya berupa bercak atau vlek).
Pencegahan:
          Pencegahan diare dengan selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Antara lain membiasakan anak untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Cucilah tangan minimal 20 detik, dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun. Jaga kebersihan peralatan makan dan minum anak. Perhatikan pula kebersihan dan keamanan makanan anak.
4. TIFUS
          Dalam istilah kedokterannya disebut dengan demam tifoid. Penyebabnya adalah bakteriSalmonella typhi. Kuman ini hidup di air kotor, makanan tercemar, dan lingkungan kotor lainnya. Masa inkubasi tifus rata-rata 7-14 hari. Gejala umumnya, demam dengan suhu 38-39 derajat Celcius, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Anak tampak lemah dan lesu. Peningkatan suhu bertambah setiap hari dengan teratur. Misalnya selalu menjelang malam hari atau selalu siang hari dan malamnya mereda. Setelah seminggu gejala demam tak hilang meski sudah diberi penurun panas, maka dilakukan tes Widal untuk mengetahui kepastian tifus tidaknya. Biasanya pada minggu kedua gejala lebih jelas, dengan demam semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, dan kembung.
Penanganan:
          Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter, banyak beristirahat di tempat tidur, tak banyak bergerak, serta banyak minum. Waktu penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Penderita juga dipantang mengonsumsi makanan berserat tinggi, juga makanan yang berisiko menimbulkan kontraksi pada pencernaan seperti makanan pedas atau asam. Pasien dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu, tahu, tempe, dan lain-lain. hal ini dapat membantu daya tahan tubuh sehingga waktu penyembuhan pun semakin cepat.
Pencegahan:
          Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksinasi tifoid setiap 3 tahun, anak diajarkan hidup sehat seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak jajan sembarangan bagi anak yang sudah lebih besar.


Jumat, 24 Januari 2014

GREEN SMOOTHIES

Awalnya masih belum percaya diri bikin green smoothies seperti Nadya Hutagalung atau Sophie Navita, jadinya 100% pakai buah saja… Ini beberapa di antaranya:

Stroberi+pir+pepino+lemon (Enak, segar!)

Dragon fruit+jeruk... (Weird combination.. Taste quite funny...)

Semangka+pepino+kiwi gold (Enak dan manis karena pakai semangka dan kiwi gold yang benar-benar matang)
Nah setelah itu, saya mulai bereksperimen dengan oat, almond, kismis, dan bahan-bahan lain.

Banana grape oat smoothies (Super yummy! Kenyang!)

Almond, frozen grapes and banana, oat topped with almond sprinkle! Energy booster! Kenyang dan enak! One word, YUM!
Kadang pagi hari buru-buru berangkat kerja, smoothies saya bawa dalam tumbler karena minum smoothies ini harus pelan-pelan, dihayati saking enaknya.

Smoothies to go: Frozen banana&strawberry, oat, ricemilk, raisins, with almond sprinkle
Nah setelah itu baru saya beranikan diri untuk membuat green smoothies. Sebelumnya saya menganut paham Food Combining ala Erikar Lebang, di mana sayur dan buah tidak boleh dikonsumsi bersama-sama. Tapi setelah membaca kultwit dari Sophie Navita, saya Bismillah memulai ber-green smoothies ria. Saya sadar betul bahwa sehari-hari saya sangat kurang asupan sayuran segar. Cara mudahnya ya dibuat green smoothies. Prinsip utama dari green smoothies adalah menggabungkan buah dan sayur berdaun hijau, dengan pengecualian daun bayam merah ya. Jadi kalau menggabungkan buah dan sayur umbi (wortel, kentang, dll) atau sayur bunga (brokoli, kembang kol, dll), tidak sesuai dengan pakem green smoothies.
Ini beberapa green smoothies yang saya buat. Walaupun hampir semua berwarna hijau, tapi rasanya beda-beda loh!

Dill+pineapple+lemon+bokchoy. The dill gives a strong mint peppery taste, it's so refreshing!

bokchoy pineapple apple lemon dill

Pineapple+strawberry+freashly squeezed orange+bokchoy+celery
Green Smoothies disarankan diminum dalam kondisi perut kosong. Saya biasanya minum pagi hari sebelum sarapan. Karena penganut food combining (walaupun belum 100%), setelah minum green smoothies pun saya sarapan  buah potong segar, biasanya sih pepaya.

Start the day with something simple and refreshing! Green Smoothies (dill+kiwi+pineapple+spinach+caysim+lemon) and papaya
Banyak yang bertanya, memangnya tidak kembung dan sakit perut ya minum jus pagi-pagi? Alhamdulillah saya tidak mengalaminya. Dan Ayah saya yang punya gastritis lumayan parah juga ternyata oke-oke aja perutnya saat mencoba campuran buah sayur di atas.
Pertanyaan lain yang banyak muncul adalah soal rasa green smoothies. “Memangnya tidak langu ya minum sayuran dijus?” Ya kalau salah campuran sih biasanya memang akan aneh rasanya. Seperti smoothies ini yang rasanya agak aneh di mulut saya karena hanya pakai 1 jenis buah. Saya belum terbiasa minum smoothies yang lebih banyak sayurnya.

Not so Green Smoothies.. Red dragon fruit+dill+mint+horenso

Chinese kale+spinach+pineapple
Jadi siasat saya untuk mengatasi rasa langu adalah menggunakan buah-buahan yang rasanya segar seperti nanas, strawberry, kiwi hijau (bukan kiwi gold), plum, air jeruk (peras jeruk sendiri, bukan beli kemasan), menambahkan sayur daun herbs seperti dill dan mint (sejauh ini baru 2 itu yang saya gunakan. Lain kali mau coba pakai basil dan cilantro, hmm… pasti segar!) atau tambahkan perasan jeruk lemon dan jahe.

Horenso+dill+plum+kiwi golden. Sangat enak! Asam dari plum benar-benar segar!

A little of this and that. Mint, ginger, strawberry, pineapple, chinese kale, kiwi golden
Saran saya untuk mama yang mau mencoba green smoothies:
  1. Awali dengan campuran buah 60% dan sayur 40%. Nanti setelah terbiasa, komposisi bisa jadi 50%-50%.
  2. Minum green smoothies pelan-pelan sambil dikunyah agar enzim pencernaan yang ada di mulut juga ikut keluar jadi tidak terlalu berat dicerna di perut.
  3. Jangan lupa cuci bersih dulu sayur buah mentah yang akan kita buah smoothies. Bisa pakai cuka apel atau sabun cuci yang food grade.
  4. Lebih baik menggunakan buah-buah yang rasanya segar untuk menutupi rasa langu sayuran dari pada menggunakan buah manis.
  5. Tidak perlu memaksakan diri untuk pakai buah dan sayur import yang mahal. Kalau tidak ada kale, kan ada chinese kale alias kailan. Harga cilantro atau basil mahal? Mungkin bisa coba pakai sayur berdaun wangi khas Indonesia, seperti kemangi, kenikir, atau daun poh-pohan.
  6. Minum green smoothies saat perut kosong dan baru bisa makan makanan yang dimasak 30 menit setelah minum green smoothies.
  7. Kalau sudah terlanjur makanan masakan matang, tunggu 3 jam dulu sebelum minum green smoothies.
  8. Mentang-mentang sudah minum green smoothies, jadi ga perlu makan sayur lagi? Jangan ya mama… Dalam menu harian, tetap sertakan sayur buah segar.
Yuk biasakan keluarga kita makan (atau dalam hal ini, minum) sayur dan buah segar, Urban mama… Niscaya, badan lebih segar dan terhindar dari berbagai penyakit.