4 Penyakit Langganan Anak
Kamis, 5 September
2013
World Health Organization (WHO) menyebutkan, ada 4 gangguan kesehatan yang sering
menyerang anak, yaitu flu, radang tenggorokan, diare dan tifus. Semua gangguan
kesehatan ini berkaitan dengan daya tahan tubuh. Artinya, kalau daya tahan
tubuh lemah, maka anak lebih berisiko terkena. Oleh sebab itu, mewaspadai
gangguan-gangguan kesehatan ini akan membantu ayah/ibu untuk menjaga
anak-anaknya agar terhindar. Ada pun gangguan-gangguan kesehatan itu adalah:
1. FLU
Sering
disebut dengan influenza. Penyebabnya adalah virus influenza. Gejalanya diawali dengan batuk-pilek, demam/panas
tinggi, anak menggigil, sakit tenggorokan, otot pegal-pegal dan mata terasa
panas dan merah.
Penanganan:
Kebanyakan influenza akan sembuh dengan sendirinya (self
limited disease) asalkan anak beristirahat yang banyak,
mengonsumsi vitamin C dan diberi minum yang banyak. Jadi tak
perlu buru-buru memberikan obat antibiotik. Cukup diobati sesuai gejalanya.
Misalnya, kalau demam maka diberi penurun panas, kalau batuk diberi obat batuk.
Pencegahan:
Mengingat virus flu
menular lewat udara ataupun bersin, maka sebaiknya menggunakan masker sehingga
virus tidak menular melalui udara maupun percikan ludah.
2. RADANG TENGGOROKAN
Radang
tenggorokan (faringitis), sejatinya adalah infeksi pada tenggorokan.
Paling banyak menyerang anak usia batita, dan akan menyerang saat daya tahan
tubuh kurang baik, misalnya karena kurang beristirahat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan penularannya melalui butiran halusair ludah (droplet)
yang mengandung kuman yang ada di udara dan terhirup saat bernapas.
Gejalanya,
demam, sakit tenggorokan, batuk, linu-linu pada otot, sakit kepala, serta
keluar air mata tapi mata tak berwarna merah. Namun jika terkena cahaya akan
merasa silau. Biasanya anak menjadi kurang aktivitasnya, banyak diam dan terkadang rewel. Kejadian radang tenggorokan wajar
antara 6-7 kali per tahun. Jika lebih dari itu, orangtua harus waspada.
Biasanya ini terjadi pada anak-anak yang alergi atau yang daya tahannya kurang.
Pada anak dengan alergi atau yang daya tahan tubuhnya kurang, mudah terkena
radang tenggorokan.
Penanganan:
Umumnya
radang tenggorokan dapat sembuh sendiri meski tak diobati. Cukup dengan banyak
istirahat dan makan makanan bergizi. Biasanya pemberian obat berupa obat
simptomatik untuk mengatasi gangguan yang terjadi. Bila ringan, radang
tenggorokan perlu minimal 3-5 hari untuk penyembuhan. Pemberian
antibiotik dilakukan bila dijumpai demam mendadak, ada pembesaran kelenjar
getah bening di sekitar leher, ada detritus (warna
"keputihan" di tenggorok), dan peningkatan sel darah putih.
Pencegahan:
Pencegahan radang tenggorok yaitu dengan menjauhkan anak dari orang yang
terkena radang tenggorokan. Jika tak memungkinkan maka anak bisa menggunakan
masker. Selain itu, berikan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
3. DIARE
Anak
dikatakan diare bila buang air besar (BAB) lebih dari 4x dalam kurun waktu 24
jam atau 1x BAB encer dan menyembur (mencret). Diare merupakan salah satu
gejala adanya gangguan/penyakit infeksi saluran cerna. Biasanya diare berkaitan
dengan tingkat higienis yang rendah. Penyebabnya bisa oleh rotavirus, bakteri, atau bahan yang tidak dibutuhkan tubuh. Umumnya, akibat
rotavirus yang masuk lewat mulut. Penanganannya, tidak lantas dengan memberikan
obat antidiare. Biarkan tubuh mengeluarkan hal-hal tak perlu dari tubuhnya.
Penanganan:
Selama diare berlangsung, anak harus selalu mendapat asupan nutrisi dan
cairan. Jika masih bayi dengan asupan ASI. Suplai harus lebih banyak
ketimbang yang dikeluarkan tubuh. Bantu juga dengan pemberian larutan
gula-garam/oralit atau oralit khusus anak. Berikan setiap kali anak sehabis
diare. Pemberiannya pada anak dibawah 2 tahun sebanyak 50-100 ml cairan oralit
maupun cairan rumah tangga. Pada anak dibawah 10 tahun sebanyak 100-200 ml. Di
usia 10 tahun ke atas berikan cairan sebanyak yang diinginkan.
Selama diare sebaiknya hindari buah-buahan, kecuali pisang. Kandungan zat
pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja. Cara yang dilakukan ini
untuk menghindari anak dari dehidrasi sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh.
Diharapkan, tubuh anak akan mampu memusnahkan sendiri penyakitnya. Bila
diarenya dalam sehari itu membuat anak tampak lemas, tidak bergairah, BAB
selalu cair dan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat. Apalagi jika
fesesnya berlendir atau berdarah (sekalipun hanya berupa bercak atau vlek).
Pencegahan:
Pencegahan
diare dengan selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Antara lain membiasakan anak untuk cuci tangan sebelum dan sesudah
makan. Cucilah tangan minimal 20 detik, dengan menggunakan air bersih mengalir
dan sabun. Jaga kebersihan peralatan makan dan minum anak. Perhatikan pula
kebersihan dan keamanan makanan anak.
4. TIFUS
Dalam
istilah kedokterannya disebut dengan demam tifoid. Penyebabnya adalah bakteriSalmonella typhi. Kuman ini hidup di air kotor, makanan tercemar, dan
lingkungan kotor lainnya. Masa inkubasi tifus rata-rata 7-14 hari. Gejala
umumnya, demam dengan suhu 38-39 derajat Celcius, sakit kepala, mual, muntah,
nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air
besar) selama beberapa hari. Anak tampak lemah dan lesu. Peningkatan suhu
bertambah setiap hari dengan teratur. Misalnya selalu menjelang malam hari atau
selalu siang hari dan malamnya mereda. Setelah seminggu gejala demam tak hilang
meski sudah diberi penurun panas, maka dilakukan tes Widal untuk mengetahui
kepastian tifus tidaknya. Biasanya pada minggu kedua gejala lebih jelas, dengan
demam semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, dan kembung.
Penanganan:
Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter, banyak
beristirahat di tempat tidur, tak banyak bergerak, serta banyak minum. Waktu
penyembuhan bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Penderita juga
dipantang mengonsumsi makanan berserat tinggi, juga makanan yang berisiko
menimbulkan kontraksi pada pencernaan seperti makanan pedas atau asam. Pasien
dianjurkan mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, telur, susu,
tahu, tempe, dan lain-lain. hal ini dapat membantu daya tahan tubuh sehingga
waktu penyembuhan pun semakin cepat.
Pencegahan:
Pencegahan dilakukan dengan pemberian vaksinasi tifoid setiap 3 tahun, anak
diajarkan hidup sehat seperti mencuci tangan sebelum makan, tidak jajan
sembarangan bagi anak yang sudah lebih besar.